Jakarta. Itu yang terpikir ketika lebaran hendak tiba. Begitupun tahun ini. Kami sekeluarga sangat semangat menyongsongnya, tak terkecuali Kila. Walaupun kita sempat bingung untuk berangkat ke Jakarta-nya bagaimana dan naik apa. Keadaan keuangan kami tahun ini begitu mepet. Dan pikiran yang logis saat itu adalah, naik bis. Maka jauh haripun kami sudah booking tempat duduk di sebuah bis ke Jakarta, sambil memantau pergerakan naik turunnya harga tiket pesawat Malang - Jakarta. Tak dinyana, menjelang akhir Romadhon, rejeki mengalir, dan tiket pesawatpun anjlok. Kami mendapatkan tiket seharga 340 ribu Rupiah per orang. Tak ambil pikir panjang, kamipun langsung ambil 3 tempat duduk. Tinggal berpikir gimana caranya nanti pulang lagi ke Malang, karena kami berencana liburan panjang selama 2 pekan di Jakarta. hehehehehe.
* * *
|
Kila duduk anteng sambil menahan kantuk, hihihihi |
Kila cukup semangat ketika kami berangkat sholat Ied di lapangan Mako Brimob Kelapa Dua Depok. Walau harus bangun subuh dan mandi pagi-pagi, Kila tetap semangat, apalagi ketika melihat barisan penjual balon aneka bentuk di sepanjang pinggir jalan menuju lapangan.
"Beli balon abi..", pintanya.
"Iya, nanti pulang sholat.. ya..", kataku memenuhi permintaannya.
"Dua ya..", pintanya lagi.
" Iya dua", ujarku.
"Tiga ya.." pintanya lagi (ngelunjak neh)
"Eh.. enggak, kan tadi minta dua, dua aja..", tegas saya.
"Iya dua..", ujarnya semangat, walau ujicobanya untuk mendapatkan 3 balon gagal.
Kila dan saya duduk cukup depan ketika sholat Ied, karena kami tiba di lapangan jauh dari kata terlambat. Walau sedikit mengantuk, kila tetap duduk anteng, tidak tergoda untuk berlari kesana kemari seperti anak-anak lainnya. Dia hanya tergoda untuk menyapa seorang anak yang duduk dibarisan belakang kami, "halloooo...", sapanya setiap kali.
***
Saya sedikti kaget ketika kami bertemu di pertigaan belakang lapangan, Kila menangis di pegangan Umminya. Ketika usai sholat dan mendengarkan khotbah sholat Ied, Kila dijemput tante kecilnya untuk bergabung dengan Ummi di barisan shof wanita di belakang.
"Kenapa um..", tanya saya.
"Tau neh, minta balon, udah aku beliin, tetep nangis", terang ummi.
"berapa balonnya?", tanyaku sambil mengalihkan pandangan ke arah balon yang Kila pegang.
"Satu.."
"Ooo..pantas, tadi saya sudah merestui untuk membelikannya dua buah balon..", terangku.
Akhirnya Kila saya belikan balon tambahan, kali ini yang berbentuk helikopter. Tangisnyapun reda, dan girang sekali dia sambil bercerita helikopternya tersebut.
***
|
Kila berusaha membangunkan tante kecilnya |
Semua tahu, kalau Tasya, tante kecilnya Kila suka bangun tidur telat alias "mbangkong". Kita sebut dengan istilah Tante Kecil, karena saat ini Tasya yang adik bungsu istriku tersebut baru menginjak kelas 6 SD.
Tasya senang dengan kila, keponakan satu-satunya saat ini. Begitupun Kila. Jika Tasya bangun kesiangan (selama liburan, dia selalu bangun kesiangan), kila dengan sigap membangunkannya, lengkap dengan teriakannya. "Tante banguuunn..!!" Berbagai cara akan digunakan, didudukin, ditarik-tarik kakinya, hingga ditumpukin bantal biar tambah gerah. Tapi dasar Tasya kebal godaan, tetap tidur, walaupun sebenarnya ia sudah bangun.
Di rumah uti (nenek-nya Kila), kila dapat bermain apa saja. Imajinasinya benar-benar berkembang. Sering lemari boneka tante kecilnya dibongkar dan diambil mainan yang dipajang di dalamnya. Tasya-pun tampak pasrah, ia harus terpaksa rela terhadap koleksi boneka dan mainannya dipakai mainan Kila. Tasya-pun mendapat sebuah tanggungjawab dari kami, untuk selalu mengawasi Kila bermain, utamanya jika ia bermain ke rumah tetangga.
"ih.. kok saya..?", protesnya.
"Lha kamukan tantenya, tante ya harus perhatikan ponakannya donk..", bela saya. (hahahaha..meringankan tugas saya)
***
Tahun depan, kemungkinan besar kami tidak mudik ke Jakarta. Karena adiknya Kila yang akan lahir bulan Januari 2012 masih terlalu kecil untuk kami bawa mudik. Sehingga mudik tahun ini kami puaskan untuk selalu berada di tengah-tengah keluarga di rumah uti di kampung Areman - Kelapa dua Depok.